KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 (PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL)
CGP. Angkatan 7
SMK Negeri 1 Karang Baru
MENJAWAB PERTANYAAN PEMANTIK
Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko -kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah
Maka , setelah mempelajari PSE, perubahan yang terjadi sebagai pemimpin pembelajaran adalah:
a. Perubahan pengetahuan :
Pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas maupun di sekolah, untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi seluruh murid, pendidik dan tenaga kependidikan, hal ini bertujuan agar terjadi peningkatan terhadap kompetensi akademik dan juga kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal pada diri masing-masing murid, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Perubahan pengetahuan yang dimaksud adalah memahami tentang 5 kompetensi sosial dan emosional, yaitu:
1) Kesadaran Diri: Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Contohnya; mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri, menunjukkan integritas dan kejujuran, dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai, dan lain-lain.
2) Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi, contohnya; mengelola emosi diri, menunjukkan disiplin dan motivasi diri, dan memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif, dan lain-lain.
3) Kesadaran Sosial: Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda, contohnya; mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain, dan mengakui kemampuan/kekuatan orang lain, dan lain-lain.
4) Keterampilan Berelasi: Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif, contohnya; berkomunikasi dengan efektif, mengembangkan relasi/hubungan positif, memperlihatkan kompetensi kebudayaan, mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif, dan lain-lain.
5) Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok, contohnya; menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran, belajar membuat keputusan beralasan/masuk diakal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta, dan lain-lain.
Perubahan pengetahuan berikutnya adalah pemahaman tentang well being, yaitu:
Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan: sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengansesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.
b. Perubahan keterampilan :
Dalam perubahan keterampilan, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu merubah cara atau strategi yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aman dan nyaman. Pembelajaran sosial dan emosional dapat diintegrasikan dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, dan juga dapat dilakukan secara kolaboratif bersama warga sekolah, dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Pengajaran eksplisit
Mengimplementasi PSE dengan pengajaran eksplisit, berarti memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya.
Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.
2) Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, integrasi KSE dapat dilakukan pada 3 bagian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yaitu:
a) Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional
b) Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif, project-based learning, refleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan
c) Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran
3) Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
Dalam menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, maka seluruh Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkolaboratif untuk membangun budaya positif yang dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi murid. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Wahyaningsih, Pendiri Salam (Sanggar Anak Alam) Yogyakarta, yang diwawancarai September 2021, lingkungan sekolah yang aman dan nyaman adalah lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan orang lain adalah mitra, bukan saingan. Tugas pendidik adalah membantu anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Persepsi tersebut akan mendorong kentalnya kolaborasi antar murid, guru, maupun orang tua. “Orang tua akan ikut mendukung teman-teman anaknya, karena tidak dilihat sebagai saingan anaknya. Guru-guru pun menjadi lebih produktif dan suportif, saling mendorong rekan sejawat untuk mengembangkan diri.”
4) Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah:
a) Memodelkan (menjadi teladan): Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain.
b) Belajar: pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional.
c) Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah
c. Perubahan sikap
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
1) Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
2) Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3) Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4) Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
5) Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Berdasarkan uraian di atas, maka seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki perubahan sikap dalam mengelola emosi, fokus pada tujuan, berempati kepada orang lain, membangun hubugan kerjasama, dan bijaksana dalam membuat keputusan yang bertanggungjawab.
Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?
Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan modul-modul sebelumnya.
1. PSE dengan Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional
Dalam Filosofis Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Karena itu, Kihajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya, dengan alasan bahwa pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Dalam menciptakan ruang tersebut dibutuhkan kemampuan guru untuk mengimplementasi PSE di kelas dan di sekolah.
2. PSE dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak
Dalam Nilai dan Peran Guru Penggerak, ditanamkan sikap bahwa segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak harus didasari oleh semangat untuk memberdayakan dirinya serta memanfaatkan aset/kekuatan yang ada untuk menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang positif serta berkualitas bagi muridnya, sehingga segala hal yang Guru Penggerak lakukan, harus bergeser dari pemuasan kepentingan diri sendiri, maupun pihak lain, menuju kepentingan pembelajaran murid. Hal ini sejalan dengan PSE, yang sangat mempertimbangkan keadaan murid secara psikis, sehingga murid mampu mengenali dan mengontrol emosinya untuk dapat fokus dan terlibat secara penuh dalam proses belajarnya.
3. PSE dengan Visi Guru Penggerak
Visi adalah representasi visual kita akan masa depan. Penggambaran visi yang jelas tentang keadaan di masa depan dapat membantu kita untuk merencanakan dan menyelaraskan upaya-upaya mewujudkannya, sedangkan PSE salah satu aksi guru dalam mewujudkan tujuan visi, dengan langkah konkret dan skenario yang jelas yang tertuang dalam RPP.
4. PSE dengan Budaya Positif
Tujuan pembelajaran khusus dari modul 1.3 adalah membuat rancangan sekolah untuk menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, dan tujuan ini sangat berkaitan dengan PSE terkhusus dalam menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yang aman dan nyaman.
5. PSE dengan Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid
Dalam modul 2.1, dinyatakan bahwa tugas sebagai pendidik adalah melayani murid-murid dengan segala keberagamannya dengan menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, dan meyakini bahwa semua murid dapat berhasil dan sukses dalam pembelajarannya walau memiliki perbedaan pola belajar. Hal ini berkaitan langsung dengan PSE, karena PSE sangat mempertimbangkan perbedaan yang dimiliki murid secara emosional dan sosial, sehingga tidak menghambat mereka dalam proses pembelajaran dan untuk meraih keberhasilan belajar.
MENGGALI PENGALAMAN DAN PEMAHAMAN
Sebelum mempelajari modul ini,
saya berpikir bahwa ……
sehingga…..
Setelah mempelajari modul ini, ternyata ………….
Untuk melengkapi kalimat di atas, sangat dibutuhkan pemahaman yang baik tentang Pembelajaran Emosional dan Sosial, serta pengalaman dalam mengimplementasikannya di kelas.
Sebelum saya mempelajari modul ini, saya sangat mencari pembelajaran berbasis multiple intelegensi, serta tantangan untuk menerapkan pembelajaran yang manusiawi. Maksud manusiawi adalah pembelajaran yang sangat memperhatikan rasa kemanusiaan, bukan hanya sekedar untuk mencapai tujuan tanpa pembejaran bermakna.
Sebelum saya mempelajari modul ini, saya selalu merasa kekurangan dalam menyajikan pembelajaran terbaik di dalam kelas.
Kemudian, saya berpikir bagaimana caranya saya bisa melakukan pembelajaran berbasis multipel intelegensi dengan memperhatikan unsur-unsur kemanusia yang dimiliki murid, yang berbeda latar belakang sosial serta kondisi psikis?
Sehingga untuk memuaskan pengetahuan dan pemahaman saya, saya membaca buku tentang psikologi pendidikan dan mencoba mengujinya dalam karya ilmiah tesis S 2 dengan judul " Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual dan Kecerdasan Jamak Siswa Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Husnuzan Kelas X SMK Negeri 1 Karang Baru Aceh Tamiang pada Tahun 2013 ". Namun, pada saat itu saya belum menemukan RPP yang berintegrasi dengan PSE.
Setelah mempelajari modul 2.2 (Pembelajaran Sosial dan Emosional), ternyata...
- Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat diimplementasikan ke dalam RPP, hal ini sangat berarti bagi saya sebagai guru, yang berusaha untuk menyajikan pembelajaran berbasis nilai dan rasa kemanusiaan.
- Membuat RPP yang mengimplementasikan PSE, seperti menciptakan skenario pembelajaran yang lengkap, sehingga sebelum mengajar seorang guru sudah memiliki pegangan yang kuat untuk apa ia mengajar hari ini, bagaimana cara mengajarnya, hasil apa yang akan dicapai anak dengan mempertimbangkan sisi emosional dan sosial murid.
- Menerapkan PSE di dalam kelas, memberikan tantangan tersendiri, terkhusus terhadap pengelolaan waktu, karena dalam penerapan PSE, saya tidak bisa berpacu dengan waktu. Hal ini disebabkan pembelajaran ini "masih baru" perlu dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan praktik baik di kelas, kemudian harus siap untuk terus memperbaiki cara mengajar sesuai dengan tahapan yang telah dibuat dalam RPP.
- Menerapkan PSE membawa suasana baru yang positif di kelas, membuat murid "merasa" dihargai dengan beragam emosi mereka rasakan, dan mereka siap terlibat dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:
- Merancang pembelajaran yang terintegrasi dengan PSE, di mulai dari skenario pembukaan hangat, kegiatan inti yang menyenangkan, sampai penutup optimistik, lengkap dengan instrumen dan format penilaian.
- Menerapkan / mengimplementasikan PSE dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga dapat melihat dan mengamati kelebihan dan kelemahan pembelajaran.
- Merefleksikan hasil implementasi PSE, dan melakukan revisi atau perbaikan terhadap kelemahan yang terdapat pada praktik baik penerapan PSE dalam pembelajaran.
Perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah:
a. bagi murid-murid:
Menyajikan pembelajaran yang terintegrasikan PSE pada setiap pertemuan di kelas, di mulai dengan merancang RPP, menerapkan di dalam kelas, dan merefleksikan serta merevisi setiap kelemahan untuk hasil yang lebih baik.
b. bagi rekan sejawat:
Melakukan dan meningkatkan kolaboratif dengan rekan sejawat terhadap kegiatan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman buat murid, yang dimulai dari rekan sejawat yang berada dalam lingkaran pengaruh.

Komentar